Jumat, 14 November 2014

[REVIEW] THE DARK KNIGHT RISES
Akhir Sempurna Sang Legenda


Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis ulasan tentang film ini. Namun setelah 2 tahun, baru akhirnya tulisan ini saya rampungkan. Well, saya sangat menyukai kisah Batman yang digarap oleh Christopher Nolan, sutradara favorit saya. Menurut saya Nolan telah meletakkan sebuah standar yang sangat tinggi untuk sebuah film superhero, sebuah standar di mana film superhero tidak melulu sebuah tontonan untuk anak-anak, tidak harus selalu menunjukkan kekuatan mahadahsyat seperti yang selama ini dikenal. Dan secara personal, setelah menonton The Dark Knight Rises, saya akhirnya menobatkan ketiga film ini sebagai trilogi terbaik yang perbah saya tonton, melebihi The Lord Of The Rings dan The Godfather.


Sinopsis

8 Tahun berlalu di Kota Gotham setelah kekacauan yang dibuat oleh The Joker. 8 Tahun sejak kematian Harvey Dent yang akhirnya dielu-elukan sebagai pahlawan Kota Gotham. Bruce Wayne pun telah memutuskan tidak lagi menjadi Batman, karena memang Batman memilih untuk disalahkan atas kematian Harvey Dent. Bruce lebih banyak mengurung diri di Wayne Mansion. Kota Gotham pun sekarang menjadi sebuah kota yang tenteram, dan lebih baik dari sebelumnya.

Namun, kemunculan seorang pencuri wanita, Selina Kyle (Anne Hathaway), mengusik kedamaian Bruce Wayne. Peristiwa tersebut juga ternyata menjadi sebuah awal dari rentetan bahaya yang tengah mengintai Gotham. Adalah seorang teroris yang juga merupakan tentara bayaran, Bane (Tom Hardy) yang mencoba untuk membinasakan Gotham. Parahnya lagi, Bane ternyata adalah mantan anggota dari Perserikatan Bayangan yang dulu dipimpin Ra's Al Ghul, mentor Bruce Wayne.

Keadaan ini memaksa Bruce Wayne untuk kembali mengenakan jubah Batman-nya. Ditemani oleh Selina Kyle a.k.a Catwoman, Batman menemukan Bane di markasnya di bawah Kota Gotham. Namun kondisi fisik Batman yang tidak sepenuhnya fit dan telah beristirahat selama 8 tahun membuat Bane bukan tandingan buat Batman. Batman menjadi bulan-bulanan hingga akhirnya berhasil dikalahkan dan diasingkan di sebuah penjara kuno di sebuah wilayah terpencil.

Tanpa Batman, Gotham benar-benar berada dalam cengkeraman Bane. Semua narapidan yang ada di penjara Blackgate dilepaskan. Semua polisi Kota Gotham terkurung dibawah terowongan bawah tanah Kota Gotham. Komisaris Gordon, dibantu oleh seorang polisi muda, John Blake (Joseph Gordon-Levitt), harus bergerilya untuk menyelamatkan Gotham. Bane telah mengubah sebuah energi fusi buatan Wayne Enterprises menjadi sebuah bom atom yang akan meledak dalam waktu 5 bulan kedepan. Tidak hanya itu, Bane juga mengancam akan meledakkan bom tersebut sebelum waktunya jika ada intervensi dari pihak luar atau warga Gotham yang mencoba kabur.

Sementara itu, di tempat pengasingan, Bruce Wayne mendengar cerita bahwa Bane adalah anak dari Ra's Al Ghul yang dulu pernah ditawan di penjara tersebut. Bane berhasil kabur berkat bantuan salah seorang penghuni penjara tersebut. Di penjara ini pula akhirnya Bruce Wayne menyadari bahwa hal yang harus ia temukan untuk menghadapi Bane adalah motivasi untuk hidup. Motivasi untuk membuatnya berjuang lebih keras dalam untuk menyelamatkan Gotham. Motivasi itu bernama kematian.

Sementara itu keadaan Gotham semakin kacau. Bom atom buatan Bane akan meledak dalam beberapa hari lagi. Jim Gordon dengan orang-orang kepercayaannya terus berusaha mencari cara untuk menyelamatkan Gotham. Saat keadaan nyaris tak bisa bisa diselamatkan, Bruce Wayne akhirnya berhasil kabur dari penjara Bane. Batman pun kembali ke Gotham dan memimpin perlawanan terhadap Bane dan pasukannya.

Review

Banyak orang beranggapan bahwa film ini masih memiliki banyak kekurangan dibanding film sebelumnya, The Dark Knight. Bahkan sebagian lagi menganggap film ini juga masih kalah dari film pertamanya, Batman Begins. Namun di luar anggapan-anggapan tersebut, saya justru menganggap film ini merupakan  sebuah penutup yang sempurna untuk dua film sebelumnya. Nolan tahu betul bagaimana mengakhiri kisah sebuah superhero menjadi sebuah kisah yang lebih dramatis. Di tangan Nolan, Batman tidak hanya berakhir sebagai seorang superhero, Batman adalah legenda bagi penduduk Gotham, sebagiamana yang dulu sempat diungkapkan dalam Batman Begins. Nolan mengakhiri kisah Sang Ksatria Malam dengan indah.

Deretan karakter baru dalam film ini memang awalnya membuat kesulitan tersendiri bagi Nolan dalam menampilkan dan memaparkannya. Namun seiring berjalannya cerita, kita akan merasakan bahwa memang tak ada rasanya karakter yang tampil sia-sia. Semuanya memang telah tampil secara proporsional dan pantas.

Film ini juga mampu memberikan kesan yang lebih emosional, terutama karena keberhasilan Nolan dalam menggali hubungan antara Bruce Wayne dan Alfred secara lebih meyakinkan. Karakter sesungguhnya dari tokoh yang diperankan oleh Michael Caine tersebut terasa lebih hidup. Baik Bale maupun Caine mampu membawa hubungan antara majikan dan pelayan ini naik level ke tingkat yang lebih dramatis dan lebih emosional.

Anne Hathaway yang tampil sebagai Selina Kyle juga berhasil membawa kesan seksi, menawan, sekaligus mematikan ke dalam sosok kucing pencuri ini. Karakter dari Catwoman yang memang terkesan abu-abu berhasil dibuat lebih menarik terutama menjelang bagian akhir film. Anne Hathaway berhasil menjadikan Catwoman sebagai daya tarik tersendiri dalam film ini.

Joseph Gordon-Levitt juga melakukan tugasnya dengan cukup baik. Memerankan tokoh John Blake, polisi muda yang idealis sebagai partner Jim Gordon, Levitt mampu keluar sejenak dari akting galau yang biasa ia tampilkan di film-film sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Marion Cotillard. Walaupun di bagian awal peran Miranda Tate yang ia mainkan terasa sia-sia, namun kemampuan aktris asal Prancis ini mampu memberikan nafas pada karakternya. Hal ini pulalah yang kemudian disesali ketika di akhir film tokoh Miranda yang mempesona justru merupakan sumber dari segala konflik.

Tom Hardy yang muncul sebagai musuh utama Batman di film ini juga luar biasa. Walaupun masih belum bisa menyamai The Joker, namun karakter Bane yang ia perankan mampu mewakili teror yang ia bawa untuk Gotham dan juga memberikan intimidasi yang luar biasa bagi Batman. Tatapan mata dan intonasi suara yang ditampilkan menambah kesan seram pada karakter ini.

Intinya, semua tokoh-tokoh baru di film ini tampil dengan baik dan mampu berada di level yang sama dengan pemeran-pemeran lama seperti Christian Bale, Michael Caine, Gary Oldman, ataupun Morgan Freeman.

Jalan cerita yang dirangkai dengan baik oleh Nolan bersaudara ini dalam film ini juga ditunjang oleh visual effect dan musik yang sangat mengagumkan. Wally Pfister yang sebelumnya telah akrab dalam film-film Nolan kembali mampu menyuguhkan tampilan gambar yang menyenangkan dalam film ini. Tapi yang paling luar biasa tentulah musik yang digarap oleh Hans Zimmer. Orkestra megah yang diusungnya mampu menambah dramatris jalan cerita, bahkan di beberapa bagian mampu membuat merinding.

Dan tentu saja, kredit yang paling besar kembali harus diberikan buat sang sutradara. Meskipun di awal agak sedikit membosankan, namun memang semakin mendekati akhir, film ini terasa semakin powerful. Kepintaran Nolan dalam membuat ending-ending menakjubkan dalam setiap filmya kembali terbukti kali ini.
Nolan mengakhiri film ini dengan sangat memuaskan, namun dengan cara tak terduga. Satu hal lagi yang sangat saya sukai dari film ini adalah bagaiman Nolan mampu menampilkan sosok Robin tidak sebagai pahlawan bertopeng layaknya Batman, tapi Nolan menampilkannya dalam sosok polisi muda idealis, John Blake. Nolan menampilkan karakter ini dengan sangat menawan kemudian mengungkapkan jati dirinya di akhir film dan mengejutkan sebagian besar penonton.

Secara keseluruhan, film ini merupakan salah satu film superhero terbaik yang pernah dibuat, jika memang bukan yang terbaik. Dan jika disandingkan dengan dua film sebelumnya, rasanya akan sangat sulit rasanya bagi film superhero lain untuk bisa menyaingi trilogi ini, bahkan oleh film-film dari genre lain sekali pun. (amn.)